"Emang lo siapa?? Apa yang lo tau akan gw?? Kok men-judge gw seenaknya gitu?? Ngaca donk.. Gw yang tau siapa gw sebenarnya. Semua yang lo bilang itu salah besar. Jangan asal ngomong kalo lo gak tau siapa gw !!"
"Siapa yang lebih mengetahui akan diri kita?? Apakah diri kita sendiri ataukah orang lain yang menilai tingkah laku kita??"
Sebuah pertanyaan sederhana dan sepele tetapi terlalu kompleks untuk dijelaskan.
Ilustrasi pertama
Si Ireng (selanjutnya sebut aja Ireng) dan Si Ajah (selanjutnya sebut aja Ajah) adalah temen yang baru kenal. Walopun baru kenal, mereka sudah terlihat akrab. Obrolanpun merasa cocok dan nyaman. Saling tukar cerita, berbagi masalah, berbagi pendapat adalah hal yang biasa mereka bincangkan walopun mereka baru kenal. Suatu ketika Ireng merasa dibohongi oleh si Ajah. Kemudian Ireng coba klarifikasi ke Ajah akan hal tersebut tetapi penjelasan dari Ajah tidak memuaskan Ireng karena alesan itu tidak masuk akal. Menurut Ireng hal tersebut sudah sering mereka perbincangkan dulu tetapi pada saat itu Ajah selalu menjawabnya dengan jawaban A tetapi pada kenyataannya ternyata jawaban yang asli adalah B. Itu juga Ireng tau bukan langsung dari mulut Ajah padahal mereka sudah akrab tetapi dari orang lain. Hal itu juga yang membuat Ireng merasa lebih dibohongi.
Sebenarnya Ireng tidak terlalu memasalahkan dan mencoba mengerti akan hal itu. Apalagi mereka baru kenal. Ireng malah berusaha menasehati Ajah untuk tidak melakukan itu ke orang lain tetapi nasehat dari Ireng itu dianggap Ajah men-judge dirinya kalo dia itu seperti inilah, itulah. Pokoknya dirinya jelek dimata Ireng gara2 nasehat itu. Ajah pun bereaksi karena tidak terima telah dijudge oleh Ireng seperti itu. Ajah merasa bahwa yang tau akan dirinya adalah dia sendiri. Apa yang dikatakan dan penilaian Ireng atas dirinya adalah salah besar menurut Ajah
Jika kita melihat ilustrasi diatas, sudut pandang dari Ireng adan Ajah tentunya berbeda. Ireng sudah mempunyai penilaian sendiri akan Ajah kalo Ajah itu seperti ini tetapi disisi yang lain, Ajah merasa apa yang dia lakukan adalah bener karena dia tau akan dirinya sendiri. Seperti apa dia dan bagaimana dia. Nasehat dari orang lain dia abaikan karena dia beranggapan dia melakukan itu bener dan nasehat itu adalah salah dimata dia.
Ilustrasi ke 2
Ireng merasa bisa melakukan pekerjaan A karena Ireng merasa tau akan kemampuannya tetapi pada kenyataannya, Ireng tidak mampu melakukan pekerjaan itu. Dan orang lain yang melihat pun menilai kalo Ireng gagal dalam pekerjaan itu alias Ireng tidak mampu.
Ilustrasi ke 3
Ajah merasa mampu menahan emosi dan mengontrol dirinya ketika nanti datang suatu masalah dalam dirinya tetapi ketika masalah tersebut datang, ternyata Ajah tidak mampu menahan emosi menghadapi masalah itu dan malah lari dari masalah itu. Orang lain tentunya menilai Ajah adalah orang yang emosian dan pengecut
Melihat 3 ilustrasi diatas, benerkah kita tau akan diri kita sendiri dengan mengabaikan penilaian orang lain akan diri kita??
"Emang kamu siapa? Tau apa km akan diriku?? Jangan ngomong sembarangan kalo kamu gak tau siapa aku. Aku yang tau akan diriku sendiri. Bukannya kamu".
Ucapan seperti diatas sering kita jumpai. Tidak ada yang salah ketika mengatakan "Aku yang tau akan diriku sendiri" tetapi kita hidup diantara orang lain. Segala tingkah laku kita tidak lepas dari pandangan dan penilaian orang lain dan bisa jadi penilaian orang lain itu kenyataannya berbeda dari apa yang kita tau akan diri kita sendiri. Jika sudah seperti itu, apakah, "Aku yang tau akan diriku sendiri" masih bisa dipertahankan??
Saturday, December 26, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment